Minggu, 23 September 2012

Keterkaitan Jati Diri dengan Karakter

Penampilan seseorang secara utuh :
Penampilan seseorang secra utuh dapat digambarkan dengan suatu symbol yang berisi tiga lapis. Lapisan yang paling luar menunjukkan kepribadian yng ditampilkan keseharian (yang juga berisi identitas dan temperamen), lapisan kedua adalah karakter, dan lapisan yang paling dalam adalah jati diri. Kepribadian yang kita tampilkan keseharian sering belum menampilkan karakter kita yang sesungguhnya. Dalam mengenal karakter seseorang diperlukan waktu yang cukup lama untuk dapat mengetahuinya. Keterkaitan dari jati diri dan karakter.
Jati Diri :
Untuk memahami jati diri kita berpegang pada konsep jati diri yang mendasarkan pada kesadaran tentang esensi keberadaan kita sebagai seorang manusia.
Jati diri berasal dari bahasa jawa : Sejatining diri yang berarti adalah siapa diri kita sesungguhnya, hakikat atau fitrah manusia, juga disebut nur ilahi yang berisikan sifat-sifat dasar manusia yang murni dari Tuhan yang berisikan percikan-percikan sifat ilahiah dalam bats kemampuan insane yang dibawa sejak lahir. Hal ini tentuny merupakan potensi yang dapat memancar dan ditumbuhkembangkan selama persyaratannya dipenuhi. Persyaratan tersebut adalah hati yang bersih dan sehat. Dan hati adalah tempat berseminya jati diri. Jika hati kotor dan penuh penyakit, akan terjadi sumbangan sehingga jati diri tidak dapat memancar apalagi ditumbuhkembangkan (yang menghasilkan penampilan tidak tulus ikhlas, tidak sungguh-sungguh, senang semu, dan sebagainya seperti diutarakan dalam bab akar permasalahan di atas).
Pada pengembangannya, jati diri merupakan totalitas penampilan atau kepribadian seseorang yang akan mencerminkan secara utuh pemikiran, sikap, dan perilakunya. Seorang yang berjati diri bisa menampilkan siapa dirinya yang sesungguhnya tanpa menggunakan kedok/topeng dan mampu secara segar dan tegar tampil dengan keadaan yang sebenarnya sebagai sinergi anatara jati diri, karakter, dan kepribadiannya. Dengan kata lain, orang yang berjati diri akan mampu memadukan anatar cipta (olah pikir), karsa (kehendak dan karya), dan rasa(olah hati). Sementara orang Indonesia sekarang mampu menmpilkan cipta dan karsanya, sedangkan unsure rasa belum ditampilkan padahal di dalamnya justru terdapat karakter mupun jati diri seseorang.
Karakter :
Karakter memang sulit didefinisikan, tetapi lebih mudah dipahami melalui uraian-uraian (describe) berisikan pengertian. Berikut beberapa pengertian karakter yang saling isi-mengisi dan memperjelas pemahaman kita tentang arti karakter.
Karakter dapat diartikan sebagai kumpulan tata nilai yang mewujud dalam suatu sistem daya juang yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku.
Menurut Drs. Hanna Djumhana Bastaman, m.Psi:
Karakter merupakan aktualisasi potensi dari dalam dan internalisasi nilai-nilai moral dari luar menjadi bagian kepribadian.
Menurut H. Soemarno Soedarsono:
Karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri kita melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan, dan pengaruh lingkungan, dipadukan dengan nilai-nilai dari dalam diri manusia menjadi semacam nilai intrinsic yang mewujud dalam sistem daya juang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku kita.
Menurut DR. Nani Nurrachman :
Karakter adalah sistem daya juang yang menggunakan nilai-nilai moral yang terpatri dalam diri kita yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku.
Menurut Prof. Dr. H.M. Quraish Shihab:
Himpunan pengalaman, pendidikan, dan lain-lain yang menumbuhkan kemampuan di dalam diri kita, sebagai alat ukir sisi paling dalam hati manusia yang mewujudkan baik pemikiran, sikap, dan perilaku termasuk akhlak mulia dan budi pekerti.
Menurut Prof. Dr. Conny R. Semiawan:
Karakter adalah keseluruhan kehidupan psikis seseorang hasil interaksi antara faktor-faktor endogin dan faktor eksogin atau pengalaman seluruh pengaruh lingkungan.
Pengertian karakter dalam agama Islam lebih dikenal dengan istilah akhlak. Seperti yang dikatakan Imam al-Ghazali:
Akhlak adalah sifat yang tertanam/menghujam di dalam jiwa dan dengan sifat itu seseorang akan secara spontan dapat dengan mudah memancarkan sikap, tindakan, dan perbuatan.
Dari beberapa pengertian di atas, kita pahami bahwa karakter harus diwujudkan melalui nilai-nilai morala yang dipatrikan untuk menjadi semacam nilai intrinsic dalam diri kita dan mewujud dalam suatu sistem daya juang yang akan melandasi pemikiran sikap dan perilaku kita. Karakter tentu tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus kita bentuk, kita tumbuh kembangkan, dan kita bangun secara sadar dan sengaja.
Keterkaitan antara jati di, karakter, dan pemikiran serta perilaku sebagai suatu proses dapat digambarkan sebagai berikut : Berawal dari jati diri yang merupakan fitrah manusia, yang mengandung sifat-sifat dasar yang diberikan oleh Tuhan dan merupakan potensi yang dapat memancar dan ditumbuh kembangkan, jati diri yang merupakan potensi itu diibaratkan sebagai sebuah batu permata yang belum terbentuk, yang perlu dipotong, diasah, dan digosok untuk dapat memancar sebagai permata yang bersinar.
Memotong, mengasah, dan menggosok adalah wujud dari pembangunan karakter. Perpaduan antara pengaruh lingkungan yang merupakan internalisasi nilai-milai moral dari luar dan aktualisasi nilai-nilai dari dalam (potensi jati diri) akan menghasilkan karakter atau batu permata yang bersinar secara cemerlang. Karakter inilah yang akan melandasi pemikiran sikap dan perilaku kita yang dapat menghasilkan tampilnya perilaku seperti budi pekerti ataupun akhlak mulia maupun penampilan bermoral yang memiliki daya juang untuk mencapai suatu tujuan yang mulia.
Dengan demikian, tampilan-tampilan yang akan dilahirkan bergantung pada pemilikan karakter seseorang, dimana seorang yang berkarakter berarti memanfaatkan nilai-nilai moral yang dimiliki dan melalui daya juamg ditampilkan atau dipancarkan sehingga mampu mewujudkan suatu tindakan yang nyata. Dari pemahaman ini, seorang yang baik saja belum tentu berkarakter, tetapi seorang yang berkarakter pastilah orang yang baik.
(Catatan: pengertian berkarakter di sini tentunya yang dimaksud adalah karakter yang kuat, dan baik, sedangkan yang dimaksud dengan yang tidak berkarakter adalah orang yang berkarakter lemah dan buruk.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar