Faktor-faktor yang tanpa disadari membuat manusia
menjadi buta. Belenggu-belenggu tersebut adalah prasangka, prinsip hidup,
pengalaman, kepentingan, sudut pandang, pembanding, dan literatur.
Kita bisa menjadi seseorang yang
terbebas dari belenggu-belenggu tersebut dengan melakukan penjernihan emosi
yang biasa disebut zero mind process.
Disinilah kita bisa dikategorikan sebagai orang yang merdeka.
Tujuh (7) proses yang harus kita lakukan
untuk mencapai kondisi penjernihan emosi adalah sbb:
Zero Mind Pertama
Prasangka
Negatif : Hindari selalu berprasangka buruk, upayakan berprasangka baik kepada
orang lain.
Zero Mind Kedua
Prinsip
Hidup : “Perumpamaan orang yang mengambil selain Allah sebagai pelindung adalah
seperti laba-laba yang membuat rumah untuk dirinya sendiri. Tetapi sebenarnya
rumah laba-laba itu adalah serapuh-rapuhnya rumah, jika mereka tahu. Jadi
berprinsiplah kepada Allah Maha Abadi.
Zero Mind Ketiga
Pengaruh
Pengalaman : Bebaskan diri dari pengaruh pengalaman-pengalaman yang membelenggu
pikiran, berpikirlah merdeka. Jadi jangan sampai Anda dikendalikan oleh
aktivitas Anda, oleh apa yang Anda lakukan.
Zero Mind Keempat
Pengaruh
Kepentingan: Dengarlah suara hati, peganglah prinsip “karena Allah”.
Berpikirlah melingkar sebelum menentukan kepentingan dan prioritas (99 Thinking
Hat) asmaul husna. Kepentingan tidak
sama dengan prioritas, kepentingan cenderung bersifat mikro (diri sendiri ),
sedangkan prioritas bersifat makro (universe) yaitu mengarahkan kita untuk
melaksanakan hal yang tepat.
Zero Mind Kelima
Pengaruh
Sudut Pandang : Lihatlah semua sudut pandang secara bijaksana berdasarkan semua
suara hati yang bersumber dari asmaul husna (99 Thinking Hat).
Zero Mind Keenam
Pengaruh
Pembanding: Periksalah pikiran Anda tetapi lihatlah sesuatu apa adanya.
Zero Mind Ketujuh
Pengaruh
Literatur : Ingatlah bahwa segala ilmu pengetahuan bersumber dari Allah SWT.
Jadi, janganlah terbelenggu oleh literature-literatur, berpikirlah dengan
merdeka, jadilah orang yang berhati “ummi”.
Seseorang dikatakan mukmin hakiki bila ia memahami
betul rukun iman, rukun Islam, dan hakikat ihsan lalu menegakkannya. Ketiga
fondasi itu bukan untuk sekedar dihafal layaknya anak sekolah dasar, namun untuk
dipahami dengan sungguh-sungguh. Bila pemahaman sudah benar, komitmen dalam
menegakkannya pun akan lurus dan tidak menyimpang. Sebaliknya, bila pemahaman
terhadap tiga pondasi itu keliru, otomatis penerapannya pun akan keliru juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar