Jumat, 17 Agustus 2012

Anggukan Universal


Faktor-faktor yang tanpa disadari membuat manusia menjadi buta. Belenggu-belenggu tersebut adalah prasangka, prinsip hidup, pengalaman, kepentingan, sudut pandang, pembanding, dan literatur.
Kita bisa menjadi seseorang yang terbebas dari belenggu-belenggu tersebut dengan melakukan penjernihan emosi yang biasa disebut zero mind process. Disinilah kita bisa dikategorikan sebagai orang yang merdeka.
Tujuh (7) proses yang harus kita lakukan untuk mencapai kondisi penjernihan emosi adalah sbb:
Zero Mind Pertama
Prasangka Negatif : Hindari selalu berprasangka buruk, upayakan berprasangka baik kepada orang lain.

Zero Mind Kedua
Prinsip Hidup : “Perumpamaan orang yang mengambil selain Allah sebagai pelindung adalah seperti laba-laba yang membuat rumah untuk dirinya sendiri. Tetapi sebenarnya rumah laba-laba itu adalah serapuh-rapuhnya rumah, jika mereka tahu. Jadi berprinsiplah kepada Allah Maha Abadi.

Zero Mind Ketiga
Pengaruh Pengalaman : Bebaskan diri dari pengaruh pengalaman-pengalaman yang membelenggu pikiran, berpikirlah merdeka. Jadi jangan sampai Anda dikendalikan oleh aktivitas Anda, oleh apa yang Anda lakukan.

Zero Mind Keempat
Pengaruh Kepentingan: Dengarlah suara hati, peganglah prinsip “karena Allah”. Berpikirlah melingkar sebelum menentukan kepentingan dan prioritas (99 Thinking Hat) asmaul husna. Kepentingan tidak sama dengan prioritas, kepentingan cenderung bersifat mikro (diri sendiri ), sedangkan prioritas bersifat makro (universe) yaitu mengarahkan kita untuk melaksanakan hal yang tepat.

Zero Mind Kelima
Pengaruh Sudut Pandang : Lihatlah semua sudut pandang secara bijaksana berdasarkan semua suara hati yang bersumber dari asmaul husna (99 Thinking Hat).

Zero Mind Keenam
Pengaruh Pembanding: Periksalah pikiran Anda tetapi lihatlah sesuatu apa adanya.


Zero Mind Ketujuh
Pengaruh Literatur : Ingatlah bahwa segala ilmu pengetahuan bersumber dari Allah SWT. Jadi, janganlah terbelenggu oleh literature-literatur, berpikirlah dengan merdeka, jadilah orang yang berhati “ummi”.
Seseorang dikatakan mukmin hakiki bila ia memahami betul rukun iman, rukun Islam, dan hakikat ihsan lalu menegakkannya. Ketiga fondasi itu bukan untuk sekedar dihafal layaknya anak sekolah dasar, namun untuk dipahami dengan sungguh-sungguh. Bila pemahaman sudah benar, komitmen dalam menegakkannya pun akan lurus dan tidak menyimpang. Sebaliknya, bila pemahaman terhadap tiga pondasi itu keliru, otomatis penerapannya pun akan keliru juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar