Intelektual
(Intelligence Quotient=IQ) telah lama menjadi tolak ukur kecerdasan yang
dipakai bagi kalangan dunia pendidikan hingga dunia kerja. Lalu lahir pemahaman
tentang kecerdasan emosi (Emotional Quotient=EQ), dan disusul kemudian
pemahaman kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient=SQ). Memahami dan menerapkan
satu atau dua kecerdasan saja tidak cukup. Semestinyalah siapa pun berusaha
menguasai dan menerapkan tiga kecerdasan sekaligus, yaitu kecerdasan
intelektual, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual.
Pada
masanya kecerdasan intelektual (IQ) merupakan kecerdasan tunggal dari setiap
individu yang pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif dari setiap
individu tersebut. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur
kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun. Inti kecerdasan intelektual ialah
aktivitas otak. Otak adalah organ luar biasa
dalam diri kita.
Tingkat
kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik oleh IQ memegang peran
penting untuk suksesnya anak dalam belajar. Menurut penyelidikan, IQ atau daya
tangkap seseorang mulai dapat ditentukan sekitar umur 3 tahun. Daya tangkap
sangat dipengarui oleh garis keturunan (genetik) yang dibawanya dari keluarga
ayah dan ibu di samping factor gizi makananyang cukup.
Awal
untuk melihat IQ seorang anak adalh pada saat ia mulai berkata-kata. Ada
hubungan langsung antara kemampuan bahasa si anak dengan IQ-nya. Apabila
seorang dengan IQ tinggi masuk sekolah, pengusaha bahasanya akan cepat dan
banyak. Rumus kecerdasan umum atau IQ yang ditetapkan oleh para ilmuwan adalah
:
Usia Mental Anak x 100 = IQ
Usia
Sesungguhnya
TINGKAT KECERDASAN
|
IQ
|
Genius
|
Di atas 140
|
Sangat Super
|
120 – 140
|
Super
|
110 – 120
|
Normal
|
90 – 110
|
Bodoh
|
80 – 90
|
Perbatasan
|
70 – 80
|
Moron / Dungu
|
50 – 70
|
Imbecile
|
25 – 50
|
Idiot
|
0 – 25
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar