Pemimpin adalah Pengaruh
Terlepas dari
kedudukan resmi kita sebagai pemimpin, perlu disadari bahwa setiap kata yang
terucap, setiap langkah yang kita buat selalu akan menimbulkan pengaruh kepada
orang lain di sekitar kita. Segala perbuatan dan tingkah laku yang kita perbuat
akan menciptakan diri kita menjadi seorang pemimpin atau tidak sama sekali.
Seorang pemimpin, bagaimana pun tipikal dan gayanya, semuanya bergantung pada
prinsip yang dianutnya. Sebaliknya, lingkungan akan bisa membuat kita menjadi
seorang pengikut, disadari atau tanpa disadari. Orang yang tidak memiliki
prinsip akan sangat mudah terpengaruh.
Biasanya, orang
yang memiliki prinsip kuat dan teguh akan menjadi seorang pemimpin besar
melalui pengaruhnya yang kuat. Namun, perlu ditegaskan lagi bahwa hanya dengan
berlandaskan suara hati dan prinsip yang benarlah yang akan membuat seseorang
menjadi pemimpin yang besar.
Tangga Kepemimpinan
Tingkat
keberhasilan seseorang sangat ditentukan pada seberapa tinggi tingkat
kepemimpinannya. Tingkat kepemimpinan seseorang juga menentukan seberapa besar
dan seberapa jauh tingkat pengaruhnya.
Pemimpin Tingkat 1 : Pemimpin yang
Dicintai
Kita bisa
mencintai orang lain tanpa memimpin mereka, tetapi kita tidak bisa memimpin
orang lain tanpa mencintai mereka. Pernyataan ini melukiskan tentang seorang
pemimpin yang harus mampu berhubungan secara baik dengan orang lain. Seorang pemimpin
tidak bisa hanya menunjukkan prestasi kerjanya saja, namun ia harus mencintai
dan dicintai orang lain.
Prinsip
basmallah adalah jawabannya. Selalu berusaha mengerti dan menghargai setiap
individu, dan selalu bersikap rahman serta rahim.
Pemimpin Tingakat 2 : Pemimpin yang
Dipercaya
Seseorang yang
memiliki integritas tinggi adalah orang yang dengan penuh keberanian serta
berusaha tanpa kenal putus asa untuk dapat mencapai apa yang dicita-citakan.
Cita-cita yang dimilikinya itu mampu mendorong dirinya untuk tetap konsisten
dengan langkahnya. Ketika seseorang mencapai tingkat ini, maka orang lain akan
melihat bagaimana aspek “mulkiyah” yaitu komitmen seseorang, sehingga orang
kemudian akan menilai dan memutuskan untuk mengikuti atau tidak mengikuti seseorang.
Integritas akan membuat seseorang dipercaya, dan kepercayaan ini akan
menciptakan pengikut. Dan, kemudian tercipta sebuah kelompok yang memiliki
kesamaan tujuan. Inilah tangga kedua kepemimpinan, setelah mencapai landasan
sebagai pemimpin yang dicintai, maka yang kedua adalah integritas yang
menciptakan kepercayaan.
Integritas
adalah kejujuran. Integritas tidak pernah berbohong dan integritas adalah
kesesuaian antara kata-kata dan perbuatan yang menghasilkan kepercayaan.
Pemimpin Tingkat 3: Pembimbing
Pemimpin yang
berhasil bukanlah yang berhasil dari sisi luas tidaknya kekuasaannya, namun
karena kemampuannya memberikan motivasi dan kekuatan kepada orang lain. Seorang
pemimpin dikatakan gagal apabila tidak memilki penerus. Pada tangga inilah puncak
loyalitas pengikutnya akan terbentuk. Tangga pertama akan menghasilkan
mpemimpin yang dicintai; tangga kedua akan menghasilkan pemimpin yang
memperoleh kepercayaan karena integritasnya; dan pada tangga ketiga akan
tercipta loyalitas, kader-kader penerus, sekaligus kesetiaan dari para
pengikutnya.
Syarat yang
harus dimiliki seorang pemimpin agar dapat mengembangkan kemampuan serta
keteguhan mental orang lain-selain memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi
(tangga pertama)-seorang pemimpin harus memiliki kejernihan hati. Seperti yang
telah dibahas pada penjernihan emosi, Anda harus merdeka terlebih dulu dari
berbagai pikiran yang membelenggu. Anda dan pengikut Anda harus telah melakukan
penjernihan emosi agar Anda dan pengikut Anda itu termasuk ke dalam orang-orang
yang memiliki pemikiran yang berlandaskan kebenaran (fitrah). Anda harus
merdeka dan terbebas dari prinsip-prinsip yang keliru; pengalaman-pengalaman
yang membelenggu; sudut pandang yang subjektif; pembanding yang tidak objektif;
mengetahui prioritas; dan terbebas dari prasangka negatif. Ini semua merupakan
syarat mutlak yang sangat menentukan bagi eksistensi kepemimpinan seorang,
termasuk juga diri Anda.
Keseimbangan
“Bismillahhirrahmanirrahim” (Prinsip Basmallah) yang mendulukan upaya ketimbang
hasil-adalah perwujudan dari setiap kata dan langkah yang senantiasa mampu
memberi pengaruh kuat kepada orang lain. Oleh karena itulah maka seorang
pemimpin dalam upayanya menerapkan Prinsip Basmalllah ini, ia harus mampu
mendengar suara hati dalam dirinya-lewat pemahaman 99 Asmaul-Husna-berkemampuan
pula untuk mendengarkan harapan serta tangisan (suara hati) orang lain,
khususnya para pengikutnya secara adil bijaksana.
Pemimpin pada
tingkat ini harus sudah mempunyai prinsip yang kuat dan besar, yaitu hanya berpegang
kepada Tuhan. Bahwasanya telah banyak terbukti seorang pemimpin bisa
menyesatkan jutaan orang dengan pengaruh dan cara berpikir yang salah. Hal ini
bisa terjadi. Di tengah masyarakat yang masih labil, ditambah lagi tidak adanya
landasan kebenaran sebagai pijakannya-kekhawatiran bahwa ilmu kepemimpinan
dengan cara berpikir yang salah dapat dipergunakan untuk memengaruhi orang
lain-memiliki peluang yang besar untuk terjadi.
Pemimpin Tingkat 4 : Pemimpin yang
Berkepribadian
Pekerjaan yang
paling berat adalah memimpin dirinya sendiri dalam melawan hawa nafsu. Inilah
refleksi kedisiplinan diri. Disiplin diri adalah bagaimana mencapai apa yang
sungguh-sungguh di harapkan dengan tidak melakukan hal-hal yang tidak
diinginkan. Musuh yang paling berat adalah diri sendiri, dan seorang pemimpin
harus mengenali siapa lawan siapa kawan termasuk dalam dirinya sendiri. Tanpa
pengetahuan tentang hal ini, maka ia akan menjadi budak dari pemikiran yang diciptakan sendiri.
Pemimpin Tingkat 5 : Pemimpin Abadi
Pada saat ini
memang ada pemimpin yang sudah dicintai, dipercaya, dan juga pembimbing yang
baik, namun apabila terbukti atau dirasakan tidak sesuai lagi dengan hati
nurani manusia, umumnya pengaruhnya berhenti pada suatu masa saja. Ketika suara
hati merasakan ada hal-hal yang tidak beres dan tidak sesuai, maka manusia yang
telah dikaruniai hati sebagai “radar” oleh Tuhan, akan dengan mudah mendekati
hal tersebut.
Sifat ajaran
Nabi Muhammad SAW adalah intelektual dan spiritual. Prinsipnya adalah
mengarahkan orang kepada kebenaran, kebaikan, kemajuan, dan keberhasilan. Metode
ilmiah demikian ini-yang mampu memberikan kemerdekaan berpikir dan tidak
menentang kehendak hati nurani yang bebas, serta tanpa adanya unsure pemaksaan
yang menekan perasaan adalah metode terbaik yang pernah ada di muka bumi
khususnya di bidang kepemimpinan dan akhlak. Semua terasa begitu sesuai dengan
suara hati; begitu cocok dengan martabat kehormatan manusia; sangat menjunjung
tinggi hati dan pikiran manusia; sekaligus membersihkan belenggu yang
senantiasa membuat orang menjadi buta, hingga tak berlebihan kiranya bila guru
dari kecerdasan emaosi (EQ) yang saat ini diakui penting dari IQ atau
kecerdasan otak, disematkan di belakang nama Muhammad SAW.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar